Lompat Batu Membuktikan Keperkasaan Pria Indonesia Ada di Nias
Tradisi Lompat Batu atau Fahombo adalah tradisi yang dilakukan oleh
seorang pria yang mengenakan pakaian adat meloncati susunan batu yang
disusun setinggi lebih dari 2 meter. Olah raga yang sebelumnya merupakan ritual pendewasaan Suku Nias ini banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi objek wisata tradisional unik yang teraneh hingga ke seluruh dunia.
Photo http://www.wacana.co |
Tradisi lompat batu sudah dilakukan sejak jaman para leluhur untuk
berlatih perang. Sebab, nenek moyang di Pulau Nias sering perang
antarsuku.Masyarakat Nias pada saat itu memang terkenal keras sehingga
selalu mempersiapkan diri dengan baik setiap kali mau ada perang. Nah,
lompat batu ini berguna sebagai latihan fisik para pemuda di Nias supaya
kuat dan mampu menembus benteng lawan yang konon cukup tinggi untuk
dilompati. Tradisi ini berkembang sehingga berubah fungsinya karena
perang antar suku sudah tidak ada lagi zaman sekarang. Saat ini, tradisi
lompat batu digunakan sebagai salah satu bentuk ritual upacara dan
simbol budaya masyarakat Nias. Bukan sembarang pamer kekuatan, atraksi ini punya makna besar bagi seorang pria. Biasanya orang yang pertama kali lewat dalam lompatan itu dikasih makan sama orang bangsawan dikampung tersebut dengan memotong ayam jantan sebagai lauknya pertanda supaya lelaki tersebut bisa melompat dengan tubuh yang ringan.
Photo http://assets.kompas.com |
Tata Cara
Pada masa lampau, pemuda Nias akan mencoba untuk melompati batu
setinggi lebih dari 2 meter, dan jika mereka berhasil mereka akan
menjadi lelaki dewasa dan dapat bergabung sebagai prajurit untuk
berperang. Sejak usia 10 tahun, anak lelaki di Pulau Nias
akan bersiap untuk melakukan giliran "fahombo" mereka. Sebagai ritual, fahombo dianggap sangat serius dalam adat Nias.
Anak lelaki akan melompati batu tersebut untuk mendapat status
kedewasaan mereka, dengan mengenakan busana pejuang Nias, menandakan
bahwa mereka telah siap bertempur dan memikul tanggung jawab laki-laki
dewasa. Kerajaan-kerajaan di Nias pada zaman dulu biasanya memiliki pagar dari
bambu untuk melindungi wilayahnya. Nah, para pria yang menjadi prajurit
diharuskan terlebih dulu untuk bisa meloncati batu untuk bisa menembus
pagar-pagar tersebut.
Photo https://upload.wikimedia.org |
Batu yang harus dilompati dalam fahombo berbentuk seperti sebuah monumen piramida
dengan permukaan atas datar. Pelompat tidak hanya harus
melompati tumpukan batu tersebut, tetapi ia juga harus memiliki teknik
untuk mendarat, karena jika dia mendarat dengan posisi yang salah, dapat
menyebabkan cedera otot atau patah tulang. Pada masa lampau, di atas papan batu bahkan ditutupi dengan paku dan bambu runcing, yang menunjukkan betapa seriusnya ritual ini di mata Suku Nias. Secara taktis dalam peperangan, tradisi fahombo ini juga berarti melatih prajurit muda untuk tangkas dan gesit dalam melompati dinding pertahanan musuh mereka, dengan obor di satu tangan dan pedang di malam hari.
Pandangan Para WISATAWAN atau Orang Banyak
Bagi wisatawan yang melihatnya, mungkin berpikir terlihat mudah. Namun
tidak bagi para pria Nias, sebab mereka harus berlatih terlebih dulu.
Mereka berlatih melompati pagar kayu, kemudian selangkah demi selangkah
melompati rintangan yang lebih tinggi.
"Atraksi ini bener-bener perkasa, karna yang ada di depan kita adalah BATU, dan resikonya sangat fatal jika ada kesalahan yang terjadi dalam Lompat batu".
Mereka yang melakukan lompat batu juga tak selamanya mulus. Ada yang nyangkut di tengah, paling parah mendarat dengan posisi kaki yang salah dengan risiko maksimal patah tulang. Maka itu, persiapan melakukan Lompat Batu tidaklah main-main.
Kini, Lompat Batu di Desa Bawamataluo merupakan suguhan atraksi untuk wisatawan. Silakan melihat dan memotretnya, atraksi melompati batu yang tidak ada duanya di dunia!
0 Response to "Lompat Batu Membuktikan Keperkasaan Pria Indonesia Ada di Nias"
Post a Comment